Beberapa tahun yang lalu marak terjadi
kekerasan yang mengatasnamakan agama. Sepanjang sejarah, manusia
mengalami perkembangan dan kemerosotan peradaban. Ketika mengalami
kemerosotan peradaban, keruntuhan budaya, hilangnya daya pikir kritis
kolektif masyarakat dan intelektual bangsa, bukan berarti sejarah
berjalan mundur. Sejarah maju terus, manusianya yang naik turun dan
maju mundur.
Bahwa agama dan ketuhanan bisa memperkenalkan etika dan moralitas tentu tidak disangsikan perannya sepanjang sejarah. Artikel
ini hanya ingin mencoba menelusuri, bagian sebelah mana dari agama
yang memungkinkan orang melakukan kekerasan atas namanya? Bukankah
semua agama mengajarkan bagaimana cara hidup damai dan adil, tapi
mengapa orang bisa menjadi penuh kekerasan dan jauh dari rasa keadilan
atas nama agama?
Apa
sebetulnya yang hendak dicapai dengan penggunaan kekerasan itu?
Berhasilkah kekerasan mencapai tujuannya? Mana lebih efektif, efisien
dan berhasil, menggunakan kekerasan dalam mencapai tujuan atau berdoa
meminta bantuan Tuhan?
Tentu
saya sepakat bahwa jauh lebih banyak umat beragama yang tidak
melakukan kekerasan. Tapi jika ada yang bisa-bisanya melakukan
kekerasan atas nama agama, ini perlu kita renungkan, yang salah di
mana? Di agamanya itu sendiri? Penafsiran orang tersebut yang salah?
Orang tersebut oknum? Mengapa ada banyak oknum dan banyak orang
mendukung oknum? Apakah yang salah adalah metoda pengajaran agamanya.
Juga pertanyaan filosofis sah ditanyakan di sini: Jika agama itu adalah
jalan yang sempurna mengapa masih bisa disalahtafsirkan?
Saya
justru melihat mereka yang melakukan pembantaian massal, mereka yang
melakukan bom bunuh diri, mereka yang gemar melakukan kekerasan
logikanya berantakan. Saya hanya ingin mengajak umat beragama
yang gemar melakukan kekerasan terhadap kelompok yang dianggap
beraliran sesat agar bersabar saja dan menunggu tindakan langsung dari
Tuhan. Percayalah Tuhan Maha Kuasa, kalau memang percaya Tuhan, jangan
mengambil hak Tuhan untuk menghukum mereka yang sesat, karena pada
akhirnya, hanya Tuhanlah yang tahu dan berhak menentukan siapa yang
benar dan siapa yang sesat.
Yang
saya harapkan tentu saja, bahkan dalam perbedaan yang paling tajam,
bahkan dalam perdebatan yang paling sengit, kita tetap menjauhi
kekerasan. Ini kelihatannya kecil. Tapi ini adalah langkah awal perdamaian menurut saya.
Perdamaian bukanlah ketika perbedaan tiada.Perdamaian bukanlah ketika konflik punah.
Perdamaian adalah ketika perbedaan dan konflik diterima, dipahami, dan diselesaikan tanpa pertumpahan darah.
0 komentar:
Posting Komentar