Mempunyai
anak mandiri, siapa yang tak ingin? Anak yang mandiri, artinya dia bisa
melayani kebutuhan sendiri dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
Untuk membentuk anak menjadi mandiri, bukanlah hal sulit, asal Anda telaten dan konsisten.
Berikut ini kiat membentuk anak mandiri:
1. Awali dengan keterampilan mengurus diri sendiri. Mulai dari makan, menggosok gigi,
dan memakai baju sendiri.
2. Berilah waktu untuk bermain bebas di mana mereka bisa mengembangkan idenya sendiri,
sekaligus belajar menghibur dan menyibukkan diri sendiri.
3. Bertambah besar, mereka bisa membantu tugas rumah tangga seperti menyiram tanaman
atau membuang sampah.
4. Bila semua berlangsung dengan baik, mereka sebaiknya dibiarkan mengatur waktunya sendiri
dalam urusan sekolah dan pergaulannya. Orangtua hanya ikut campur bila mereka merasa
sang anak melenceng dari jalurnya.
5. Anak-anak harus diberi tanggung jawab dan dimintai pertanggungjawabannya bila mereka
tak memenuhi tugasnya. Ini akan memberi perasaan penting dan mereka akan merasa bahwa
orang tua mereka memercayai mereka melakukan tugas itu.
6. Kondisi badan yang fit dan kuat adalah bagian penting dari perasaan kompeten dan mandiri.
Anak harus didorong melakukan olahraga dan kegiatan di alam terbuka.
7. Izinkan anak menentukan tujuannya sendiri, kecuali bila Anda merasa mereka memilih jalan mudah
sementara Anda tahu benar kemampuan mereka jauh lebih tinggi.
8. Ingatlah selalu, Anda tak akan selalu berada disamping mereka, melindungi mereka saat
menghadapi cobaan dalam hidup mereka.
Yang terbaik bantulah mereka menjadi orang yang mandiri. LALU upaya apa yang dapat dilakukan orang tua untuk membiasakan anak
agar anak menjadi mandiri dan tidak cenderung menggantungkan diri pada seseorang, serta mampu
mengambil keputusan?
1. Beri kesempatan memilih. Anak yang terbiasa berhadapan dengan situasi atau hal-hal yang sudah ditentukan oleh orang lain akan malas untuk melakukan pilihan sendiri. Sebaliknya, bila ia terbiasa dihadapkan pada beberapa pilihan, ia akan terlatih untuk membuat keputusan sendiri bagi dirinya.
2. Hargailah usahanya. Hargailah sekecil apa pun usaha yang diperlihatkan anak untuk mengatasi sendiri kesulitan yang ia hadapi. Orang tua biasanya tidak sabar menghadapi anak yang membutuhkan waktu lama untuk membuka sendiri kaleng permennya, terutama bila saat itu ibu sedang sibuk di dapur, misalnya.
3. Hindari banyak bertanya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan orang tua, yang sebenarnya dimaksudkan untuk menunjukkan perhatian pada si anak, dapat diartikan sebagai sikap yang terlalu banyak mau tahu. Karena itu hindari kesan cerewet.
4. Jangan langsung memberi jawaban. Meskipun salah satu tugas orang tua adalah memberi informasi serta pengetahuan yang benar kepada anak, namun sebaiknya orang tua tidak langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Sebaliknya, berikan kesempatan padanya untuk menjawab pertanyaan tersebut. Tugas Andalah untuk mengoreksinya apabila salah menjawab atau memberi penghargaan kalau ia benar.
5. Dorong untuk melihat alternatif. Sebaiknya anak pun tahu bahwa untuk mengatasi suatu masalah, orang tua bukanlah satu-satunya tempat untuk bertanya. Masih banyak sumber-sumber lain di luar rumah yang dapat membantu untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Untuk itu, cara yang dapat dilakukan orang tua adalah dengan memberitahu sumber lain yang tepat untuk dimintakan tolong.
6. Jangan patahkan semangatnya. Tak jarang orang tua ingin menghindarkan anak dari rasa kecewa dengan mengatakan “mustahil” terhadap apa yang sedang diupayakan anak. Apabila anak sudah mau memperlihatkan keinginan untuk mandiri, dorong ia untuk terus melakukanya. Jangan sekali-kali Anda membuatnya kehilangan motivasi atau harapannya yang ingin dicapainya.
1. Beri kesempatan memilih. Anak yang terbiasa berhadapan dengan situasi atau hal-hal yang sudah ditentukan oleh orang lain akan malas untuk melakukan pilihan sendiri. Sebaliknya, bila ia terbiasa dihadapkan pada beberapa pilihan, ia akan terlatih untuk membuat keputusan sendiri bagi dirinya.
2. Hargailah usahanya. Hargailah sekecil apa pun usaha yang diperlihatkan anak untuk mengatasi sendiri kesulitan yang ia hadapi. Orang tua biasanya tidak sabar menghadapi anak yang membutuhkan waktu lama untuk membuka sendiri kaleng permennya, terutama bila saat itu ibu sedang sibuk di dapur, misalnya.
3. Hindari banyak bertanya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan orang tua, yang sebenarnya dimaksudkan untuk menunjukkan perhatian pada si anak, dapat diartikan sebagai sikap yang terlalu banyak mau tahu. Karena itu hindari kesan cerewet.
4. Jangan langsung memberi jawaban. Meskipun salah satu tugas orang tua adalah memberi informasi serta pengetahuan yang benar kepada anak, namun sebaiknya orang tua tidak langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Sebaliknya, berikan kesempatan padanya untuk menjawab pertanyaan tersebut. Tugas Andalah untuk mengoreksinya apabila salah menjawab atau memberi penghargaan kalau ia benar.
5. Dorong untuk melihat alternatif. Sebaiknya anak pun tahu bahwa untuk mengatasi suatu masalah, orang tua bukanlah satu-satunya tempat untuk bertanya. Masih banyak sumber-sumber lain di luar rumah yang dapat membantu untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Untuk itu, cara yang dapat dilakukan orang tua adalah dengan memberitahu sumber lain yang tepat untuk dimintakan tolong.
6. Jangan patahkan semangatnya. Tak jarang orang tua ingin menghindarkan anak dari rasa kecewa dengan mengatakan “mustahil” terhadap apa yang sedang diupayakan anak. Apabila anak sudah mau memperlihatkan keinginan untuk mandiri, dorong ia untuk terus melakukanya. Jangan sekali-kali Anda membuatnya kehilangan motivasi atau harapannya yang ingin dicapainya.
Sumber: NinaChaerani/Republika Online
0 komentar:
Posting Komentar