Home » » Perilaku Negatif Anak-anak Diadopsi dari Televisi

Perilaku Negatif Anak-anak Diadopsi dari Televisi

Posting by toranews on Jumat, 07 Juni 2013 | 03.54

Prilaku negatif anak-anak Indonesia ternyata banyak diadopsi dari televisi. Dimana siaran televisi yang ditonton anak-anak bukan merupakan siaran yang memberikan pengaruh baik, sehingga apa yang telah mereka konsumsi dari siaran yang tidak baik tersebut dapat berpengaruh terhadap tingkah laku dan pandangan dalam diri si anak. Hal itu disampaikan Anggota Bidang Pengawasan Isi Siaran Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Sumatera Utara, Dr Syafruddin Pohan dalam acara Literasi Media Kepada Masyarakat tentang Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3-SPS) di Medan, Sabtu (30/6).

Dijelaskannya, berdasarkan fakta pola menonton televisi di Indonesia, rata-rata anak-anak di Indonesia menonton televisi antara 3-6 jam per hari. Fakta tersebut dua kali lipat mengalahkan anak-anak di Amerika Serikat dan lima kali lipat dibandingkan anak-anak di Kanada.

"Keadaan tersebut diakibatkan para orang tua yang belum bisa mengawasi waktu menonton si anak, sehingga menjadi kebablasan. Maka diperlukan adanya diet televisi yang perlu dilakukan para orang tua agar dapat memilih siaran yang berguna dan baik bagi si anak," katanya.

Menurutnya, pemberlakuan diet televisi dapat dilakukan orang tua dengan membuat daftar konsumsi program acara televisi keluarga. Misalnya, dilakukan dalam bentuk jurnal harian, yang pembagiannya diklarifikasikan untuk total waktu menonton dalam sehari dan mengevaluasi program yang ditonton.

"Selain itu, masyarakat juga harus dibekali literasi media agar masyarakat sebagai khalayak media memiliki otoritas untuk secara aktif dapat memilah dan memilih tayangan yang cocok untuk kebutuhan mereka," ujarnya.

Literasi media, kata dia, sangat penting terutama untuk anak-anak dan remaja. Saat ini, nyaris tidak ada anak-anak yang tidak dapat mengakses media. Karena semua jenis media, seperti cetak, elektronik, maupun internet sudah tersedia dengan bebasnya.

Tidak semua isi media adalah benar dan merupakan kebenaran. Namun, bukan pula semua isi media tidak benar. Ketika media televisi menayangkan program yang nonfactual (fiksi) maka perlu disadari bahwa semua yang ada dalam alur cerita itu bukanlah sesuatu yang benar-benar terjadi.

"Kadangkala pemirsa terkecoh seolah-olah yang ditayangkan televisi merupakan kenyataan yang sebenarnya. Apalagi anak-anak yang belum memiliki filter yang utuh akan mudah menganggapnya sebagai kebenaran dan kemudian menirunya. Maka itu, orang tua sebaiknya memilih acara televisi yang cenderung mendidik, informatif, dan sesuai dengan usia anak," katanya. (online)

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...